Wednesday, October 3, 2012

Penjaga Warnet dan anak sekolah


Cerita seks dengan anak smp memang sungguh nikmat,
apalagi cerita dewasa seks tersebut dilakukan di
tempat yang ga biasa, cerita dewasa di warnet
memberikan sensasi yang sungguh berbeda dengan seks-
seks lain, jika mungkin kalian pernah melakukan seks di
warnet kayak cerita ku ini mungkin kalian juga akan
mengerti atau mungkin faham. Cerita itu berawal ketika
aku sering main ke warnet yang ada di dekat rumahku.
Sebut saja namanya rani, Rani tidak mengenakan
seragam SMP saat memasuki warnet. Aku yang di dekat
pintu bisa melihat dengan jelas anak ini sudah besar
sekarang. Tubuhnya bagus, ranum. Ia berjalan ke meja
kasir, berbicara sebentar dengan Yuni pegawainya
yang tomboy berkulit gelap, kemudian bertukar tempat
dengannya. Rani menjaga warnet sekarang. Semenjak
kapan ??
Warnet ini langgananku, membnatuku saat aku
kehabisan quota pulsa internet di GSM modemku. Dari
pada browsing lambat dengan laptopku, aku lebih suka
berjalan sebentar ke warnet dekat rumah, sebelum
mengisi ulang pulsa GSM ku.
Aku telah selesai upload file dan kirim email ke
Kamila di Malang. Sekarang waktunya pulang tidur
sebentar sebelum bangun sore tuk ke jakarta Selatan
lagi.
Warnet ini sedang kosong, tinggal aku sendiri dengan
Rani, dan Yuni yang sekarang telah duduk
diseberangku, meghadap monitor dan serius menulis
sesuatu di lembar facebooknya. Aku berjalan ke arah
Rani sambil merogoh dompetku, menyiapkan uang ribuan
tuk membayar sewanya yang cuma sebentar.
Rani di belakang meja, menghitung uang dan
mencocokan dengan tagihan di monitor, lalu
mengeluarkan recehan kembaliannya.
- Rani sekarang jadi petugas di sini ? – tanyaku
perlahan
- Hiyo mas, aku ndak bisa nerusin ke SMU, bapak
ngomong kalo aku kerja aja dulu sebentar bantuin
keluarga
- Terus yang nawari kerja di sini siapa ?
- mbak Yuni mas, katanya biar bagi2 aja hasilnya, kan
mbak yuni juga ingin nyantai main facebook di
komputer.
- Yang di meja sini tidak bisa buka facebook ? –
tanyaku
- Yo ndak mas, kan ndak boleh sama pak Dodo.
- Tapi kalo emang bisa buka, kamu mau ? – tanyaku
sambil bergerak ke belakang meja
Rani duduk di kursi sambil mengangkat kakinya
sedikit ke atas, bersandar dengan laci kecil di
bawahnya.
Ia menggeser tubuh kecilnya ke kiri, tuk memberiku
tempat di situ.
Kubuka explorer, kucoba browse ke facebook, tapi yang
muncul kotak putih. disitu terlihat angka 127.0.0.1 di
kotak atas. Ah, segera kubuka prompt window,
memanggil file host dan mengubah sedikit barisan di
dalamnya.
- coba saja sekarang – aku bergerak keluar meja, ke
pintu, bergerak keluar warnet
Tapi, segera kuhentikan langkahku, kuputar tanda tutup
yang menghadap ke arahku, yang sekarang berbalik
menjadi tanda buks. Warnet kunyatakan tutup sekarang.
Perlahan gerendel pintunya kugeser, pintu tidak
terbuka sekarang.
Aku kembali ke meja Rani, sambil melirik ke yuni yang
sekarang berjoget ria di tempat duduknya,
mendengarkan musik dengan kencang di headphone di
kepalanya. Yuni sedang asyik sendiri.
Kududuk lagi di sebelah Rani, sambil meraih
tangannya di mouse.
- Kalo facebook Rani sudah jalan, berarti bisa
download ringtone musik untuk Rani.
- Wah asyik mas, aku mau lagunya ungu ya.
- Yah nanti, gantian sekarang aku mau cari lagu yang
slow rock. bentar ya
Kubuka lembaran home page mesin pencari. Kali ini
sengaja kubuka situs yang menempel promosi gambar
dan film porno di kiri kanan nya.
Rani terbelalak, terlihat jelas dari pantulan benda
metal di speaker komputer di hadapanku. Terlihat ia
melirikku sebentar, tapi lali melotot ke arah monitor
tanpa berucap apa2.
Sengaja multi tab di browser sudah kubuka banyak
situs gambar dan film porno yang lagsung ku klik tuk
streamingnya. kupelankan volume speakernya, kali ini
kucoba pura2 download lagunya Linkinpark.
Tapi windows yang bertebaran itu sudah menampilkan
dengan jelas adegan yang Rani belum pernah lihat.
Tanganya masih di atas meja saat kusentuh perlahan.
- Tanganmu mungil Rani, bisiku. – tangannya masih di
meja dengan otot yang tegang.
- Kulitmu juga putih, seperti gadis yang ini.
Kuangkat tangannya, kuarahkan ke gadis tanpa busana
yang berpose sexy di sudut layar.
Sekarang kuaktifkan webcam di depanku.
Sambil mengaktifkan window di belakang yang terlihat
pria wanita melakukan sex di taman, aku mulai melihat
window baru muncul memperlihatkan wajah kami berdua
di monitor.
Rani masih melongo melihat apa saja yang ada di
depannya. sambil sesekali bergetar menggigil.
ah, kubiarkan ia menikmati pemandangan di depannya
beberapa menit.
Kemudian kutampilkan gadis belasan tahun yang bugil
tanpa busana, berpose macam2 di monitor.
- Rani, cewek ini kulit dan dadanya bagus.
- Punyamu seperti ini juga kan ya ?
Tanpa sadar ia melihat ke bawah memperhatikan bentuk
miliknya.
- Punya dia mungkin segini – tanganku kedepan layar
mencoba pura2 mengukur dengan telapak tanganku
- Kalau punya Rani …
Rani terkejut saat tanganku sudah menangkap salah
satu buah di dadanya. Ditepisnya, tapi matanya tak
pernah lepas dari monitor.
- Kalau punya Rani pasti bagus. – bisikku
Perlahan kurangkul tangan kiriku ke punggung Rani,
sambil mencoba meraih bawah lengan kirinya.
Rani diam saja, matanya masih ke depan.
Kali ini tangan kananku mencoba lagi ke dada Rani.
berlagak mencoba mengukur besar cup di dadanya, aku
telah menyentuh buah di dadanya, dan perlahan
kuremas.
Kali ini dengan kedua tangan aku telah meremas kedua
buah dada Rani!
Sambil sedikit membungkuk merasa geli, Rani
menggoyan bahunya menolak.
- Nanti kuajari cara2 memakai komputer, agar bisa
bikin film sendiri Rani. kuperlihatkan sekarang
streaming webcamnya menampilkan preview dirinya di
sebelahku.
Rani berekspresi di muka webcam, mengerutkan kening
dan macam2 raut muka ditampilkan.
Dengan perlahan tapi pasti tanganku mulai masuk ke
balik baju Rani.
Kutegakkan dudukku, mulailah tanganku merayap ke
mana-mana di bawah bajunya.
Kuremas terus perlahan buah dadanya yang masih ranum
itu, perlahan kuangkat ke atas cup penutupnya.
Tanpa ada bahan pemlindung dan pemisah, tanganku
mulai meremas-remas perlahan.
Beberapa saat kemudian, bahunya dinaikkan, ketiaknya
terbuka, Rani memalingkan kepalanya, menatapku.
Matanya terlihat bertanya-tanya.
Tanpa pikir panjang, kali ini tambah kudekatkan
tubuhku, kuturunkan tangan kiriku, meraba dan
mengusap perutnya.
Rani berkedip kedip sebentar.
Kemudian tanganku turun lagi, kali ini menyentuh
celana dalam di balik roknya yang sudah kusingkap.
Kuremas perlahan tubuhnya di dada dan bawah
perutnya, pangkal pahanya.
Terasa Rani mulai bergerak gelisah.
nafasnya mulai turun naik.
Ah, masa boodoh tidak peduli akibatnya, tanganku
mulai bergerak ke balik celana dalam Rani.
tangannya menggenggam erat papan penahan keyboard di
depannya.
Kurasakan tanganku tidak menyentuh sehelai bulu
satupun saat beraksi di bagian bawah Rani
Gerakan gelisahnya makin kentara.
Akhirnya tangannya melepas papan laci keyboard di
depannya.
Berputar setengah duduknya, ia kini menghadapku.
Bergerak merangkulku di leher, matanya terpejam.
mulutnya terbuka. Kaki kirinya diangkat naik ke
bangku.
Tangankupun kini bebas ke mana-mana di tubuhnya.
Kuraba semua bagian tubuh Rani yang masih hijau ini,
kurasakan semua benjolan dan lekukan tubuhnya yang
masih ranum. Belum ada yang memetiknya. Aku yang
pertamax.
- HUAAHHH!! – mulutnya terbuka mengeluarkan suara
dan udara hangat dari dalam tubuhnya.
Tubunhnya gemetar sesaat, mencengkeram lenganku, dan
leherku. Rani menggigil …
Kuhentikan kegiatanku.
Kubiarkan ia bersandar kembali di kursi perlahan-
lahan. matanya menerawang menatap sayu ke depan.
Rani terlihat bingung, tanpa berkata apa2 ditatapnya
wajahku.
Kurapikan baju, bra, celana dan rok bawah Rani.
Kututup semua windows aktif yang menampilkan gambar2
panas tersbut. Kubersihkan bekas2nya.
Kubisikan perlahan
- Ya itulah yang dicari orang2 selama ini Rani. –
sambil kucium belakang telinganya
- Kau harus pandai agar pacarmu bahagia nanti.
- Kalau kamu mau tau lebih banyak lagi, main2 aja ke
kamarku. kau tahu kan kontrakanku ?
Setelah kukecup keningnya, aku perlahan ke luar
warnet.
Kulihat Rani masih menatap punggungku, bengong,
kulihat dari jendela kaca di depanku saat kuraih
papan sinyal buka dan tutup itu. Saat kututup pintu
warnet, kusempat melirik ke Rani yang sekarang
menunduk memperhatikan pangkal pahanya dengan tangan
satunya lagi.

No comments:

Post a Comment